Rabu, 01 Agustus 2012

Sejarah, Fungsi dan Deskripsi Tari Gantar (Dayak Tunjung dan Benuaq)

1. Sejarah Tari Gantar
Ada suatu mitos yang mengawali lahirnya tari gantar sebelum terciptanya tari gantar yang sudah semakin berkembang. Mitos ini dulunya sangat dipercaya pada masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Dayak Tunjung dan masyarakat Dayak Benuaq. Konon menurut mitos yang berkembang dalam masyarakat Suku Bangsa Dayak Tunjung dan Suku Bangsa Dayak Benuaq bahwa lahirnya Tari Gantar berawal dari cerita di Negeri “Dewa Nayu” yang diyakini sebagai tempat Dewa Nirwana yang bernama Negeri Oteng Doi.

Pada suatu hari terjadi peristiwa didalam keluarga Dewa di Negeri Oteng Doi atau Negeri Dewa Langit. Keluarga tersebut terdiri dari suatu kepala keluarga yang bernama Oling Besi Oling Bayatn. Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua orang anak putri yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga tersebut hidup tenteram dan damai di Negeri Oteng Doi. Pada suatu ketika datanglah seorang Dewa yang bernama Dolonong Utak Dolonong Payang ke keluarga Oling Besi Oling Bayatn, tanpa disangka dan diduga oleh keluarga Oling Besi. Kedatangan Dolonong Utak tenyata beritikad buruk. Oling Besi dibunuhnya dengan tujuan dapat menikahi istri Oling Besi. Peristiwa tersebut terjadi didepan mata istri dan kedua anak Oling Besi. Karena takutnya istri Oling Besi menerima ajakan Dolonong Utak untuk menikah, namun kedua anaknya menyimpan dendam pada ayah tirinya tersebut.

Hari berganti hari, masa berganti masa, setelah kedua Putri Oling Besi menginjak remaja mereka berdua berencana untuk membunuh ayah tirinya. Pada suatu hari kedua Dewi tersebut akan melaksanakan niatnya untuk membalas kematian Ayah kandungnya pada Ayah tirinya, saat Ayah tirinya (Dolonong Utak) sedang istirahat di balai-balai rumahnya. Ketika kesempatan itu tiba dibunuhlah dolonong Utak dengan menggunakan sumpit. Dalam waktu sekejap Dolonong meninggal, setelah diketahui bahwa Ayah tirinya meninggal selanjutnya kedua putri tersebut memenggal kepala Dolonong dan diikatkan pada batang sumpit yang digunakan untuk membunuhnya. Kedua putri tersebut senang, keduanya bersuka cita dan mengungkapkannya dengan menari-nari berdua. Dan sebagai musiknya mereka mencari sepotong bambu pendek dan mengisinya dengan biji-bijian. Ungkapan kepuasan membunuh Dolonong Utak itu di lakukan hingga beberapa hari. Begitulah peristiwa yang terjadi di alam Dewa Langit.

Dari dunia kejadian di alam Dewa tersebut diketahui oleh seorang manusia yang mampu berhubungan dengan alam Dewa yang bernama Kilip. Karena Kilip mengetahui kejadian itu maka Dewi Ruda dan Dewi Bela mendatangi Kilip agar ia tidak menceritakan kejadian ini kepada Dewa-dewa lain di Negeri Oteng Doi. Kilip menyetujui dengan mengajukan satu syarat yaitu Dewi Ruda dan Dewi Bela harus mengajarkan tari yang mereka lakukan saat bersuka cita. Tanpa pikir panjang Dewi Ruda dan Dewi Bela pun mengajarinya. Dari hasil pertemuan tersebut Kilip mendapatkan satu bentuk tarian sakral karena properti tari tersebut berupa tongkat panjang dan sepotong bambu, maka Kilip memberi nama tarian tersebut sebagai Tarian Gantar yang artinya tongkat (yang sebenarnya sebuah sumpit) dan sepotong bambu yang biasa disebut Kusak.

Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat saja, menurut versi cerita yang lain bahwa tari gantar merupakan tarian yang dilaksanakan pada saat upacara pesta tanam padi. Properti tari sebuah tongkat panjang tersebut adalah kayu yang digunakan untuk melubangi tanah pertanian dan bambu pendek adalah tabung benih padi yang siap ditaburkan pada lubang tersebut. Gerakan kaki dalam tari ini menggambarkan cara menutup lubang tanah tersebut. Muda-mudi dengan suka cita menarikan tari tersebut dengan harapan panen kelak akan berlimpah ruah hasilnya.

Tari ini biasanya dilakukan bergantian oleh anggota masyarakat Suku Dayak Tunjung dan benuaq. Versi lain juga beredar dalam masyarakat bahwa dahulunya Tari Gantar adalah merupakan tari sakral yang hanya boleh ditarikan saat para pahlawan pulang dari medan peperangan. Tari ini sebagai penyambut kedatangan mereka dan ditarikan oleh gadis-gadis remaja. Properti tongkat panjang adalah sebuah sumpit dan diberi hiasan kepala atau tengkorak musuh (digantungkan) yang telah dibunuh oleh para pahlawan. Sedangkan bambu kecil merupakan peraga unutk mengimbangi gerak tari.

2. Fungsi Tari Gantar
Tari adalah salah satu bentuk dari perwujudan budaya, sedangkan ciri, gaya dan fungsi suatu tari tidak terlepas dari kebudayaan dimana tari tersebut muncul dan berkembang. Dalam lingkup budaya yang mempunyai bahasa, adat istiadat dan kepercayaan tari tersebut bisa terbentuk dan fungsi. Tarian dapat disajikan dalam berbagai peristiwa. Didalam kebudayaan daerah dikenal penyajian tari dalam rangka suatu upacara keagamaan dan upacara adat, bahkan tidak jarang tari itu merupakan bagian tidak terpisahkan dengan upacara tersebut. Dalam hal ini orang yang menyajikan tarian tersebut adalah orang yang terlibat dalam upacara tersebut, dengan maksud dari setiap gerakan ada arti atau simbol suatu pernyataan atau harapan yang diungkapkan. Ditinjau dari fungsi seni tari, Tari Gantar pada awalnya sebagai upacara adat dan memang munculnya atau keberadaannya suatu karya tari pada jaman dahulu pengemban utama dari keberadaan suatu tari. Secara khusus bahwa seni tari beserta iringan yang digunakan pada dasarnya merupakan pengemban dari unsur-unsur yang bersifat magis yang diharapkan hadir.

Fungsi kesenian dalam ethnik di Indonesia, yaitu:
a. Sebagai sarana untuk memanggil kekuatan Roh
b. Penjemputan Roh-roh pelindung untuk hadir ditempat pemujaan
c. Peringatan kepada nenek moyang dengan menirukan kegagahan dan kesigapan.
d. Merupakan pelengkap upacara, sehubungan dengan peningkatan tingkat hidup seseorang atau saat tertentu.

Pergeseran fungsi bisa saja terjadi yaitu fungsi sakral ke fungsi pertunjukkan karena pergeseran tersebut sudah mulai di dukung oleh masyarakat penduduknya dan masyarakat sudah tidak mendukung adat yang menopang dari karya tari tersebut sehingga perlu adanya upaya-upaya pelestarian dengan cara mengalihfungsikan.

Hal tersebut dapat terjadi karena adanya beberapa pengaruh, antara lain:
a. Adanya pengaruh budaya lain
b. Masuknya beberapa agama
c. Ada penagruh globalisasi dan informasi yang memudahkan komunikasi.
Begitu pula yang terjadi dengan Tari Gantar, pada jaman dahulu Tari Gantar terangkai dalam upacara Ngawung Enghuni, yaitu semacam upacara tanam padi, beralih fungsinya menjadi fungsi pertunjukkan karena adanya pengaruh-pengaruh tersebut diatas. Tari Gantar pada saat ini bisa digunakan untuk penyambutan tamu.

Fungsi pertunjukkan antara lain:
a. Sebagai media hiburan
b. Sebagai media pendidikan
c. Sebagai kajian seni
d. Sebagai media promosi, dsb.
Fungsi Tari Gantar berkembang lebih luas dan tentunya disesuaikan kebutuhan dari event yang dipergelarkan, baik itu bentuknya, maupun lamanya (durasinya).

3. Deskripsi Tari Gantar
a. Gambaran Secara Umum
Gerakan Tari Gantar yang sekarang sering kita saksikan merupakan rangkaian gerakan yang mengalami proses penggarapan maupun pemadatan. Gerakan Tari gantar didominasi pada gerakan kaki.

Pada awalnya Tari Gantar di abgi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Gantar rayatn
Jenis Tari Gantar ini alatnya hanya satu yaitu Gantar (kayu yang panjang), pada ujung tongkat tersebut diikatkan/digantung tongkorak manusia yang dibungkus dengan kain merah dan dihiasi dengan Ibus. Mereka menari berkeliling sambil menyanyi (bergurindam), dipinggang penari terikat mandau atau parang. Apabila tidak memegang tongkat, mereka mengelewai (melambaikan tangan sesuai irama).

2) Gantar Busai
Jenis tari ini hanya membawa sepotong bambu yang diisi dengan biji-bijian yang dipegang tangan sebelah kanan sedangkan tangan kiri tidak membawa apa-apa (kosong) waktu menari dilambai-lambaikan sesuai irama (ngelewai) sedangkan bambunya berukuran 50cm diberi dua belas gelang agar berbunyi gemerincing jika digerakkan. Jumlah bambu atau gantar tersebut sesuai dengan jumlah penarinya. Mereka menari berkelompok-kelompok, kadang ada yang “Ngloak” (menari sambil saling memupuki dengan pupur basah).

3) Gantar Senak dan Kusak
Jenis Tari Gantar ini, penarinya menggunakan dua peralatan tari yaitu Senak (tongkat) yang dipegang tangan kiri. Sedangkan Kusak (bambu) yang dipegang tangan kanan, yang berisi biji-bijian supaya nyaring bunyinya. Kusak dipegang tangan kanan dengan telapak tangan telentang dan siku ditekuk. Senak biasanya berukuran satu sampai seperempat meter, sedangkan Kusak dengan 30cm yang diisi dengan biji-bijian dan ujungnya di beri penutup yang disebut dengan Ibus.

Jenis tari yang ketiga inilah yang berkembang pada saat ini dengan perkembangan variasi gerak, pola lantai, penggarapan level, iringan tari yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat ini. Sekarang Tari Gantar berfungsi untuk menyambut tamu yang datang ke daerah tertentu, daerah tersebut menyebutnya dengan sajian Tari Gantar dan mengajaknya menari cukup dengan menyerahkan tongkat kepada tamu yang akan diajak menari bersama. Proses perkembangan ini melalui proses penggarapan baik melalui pemadatan maupun penggalian sehingga tercipta suatu rangkaian yang sekarang sering kita saksikan. Dalam proses penggarapan ini juga tidak lepas dari pengaruh ethnik serta ide dari sang pencipta.

Proses penggarapan ini dilakukan karena adanya berbagai faktor yang tidak mendukung lagi dari keberadaan maupun kelestarian karya tari ini, contoh faktor tersebut adalah beralihnya fungsi tari dari fungsi sakral menjadi fungsi pertunjukkan, pengaruh arus informasi dan komunikasi yang menuntut serba cepat sehingga tidak bisa lagi masyarakat pendukung untuk berlama-lama menikmati karya tari yang monoton bahkan tidak tertarik untuk menyaksikan. Masih banyak lagi faktor lain yang menjadi pertimbangan dan pola diperhatikan sehingga muncul suatu proses penggalian, penggarapan tari, dengan harapan karya tari tersebut masih mampu bertahan hidup dan tetap diterima oleh masyarakat pendukungnya.

b. Ciri Umum gerakan Dasar Tari Gantar

Unsur-unsur Gerakan:
1) Gerakan tangan memegang Kusak

Dasar gerakan tangan dan cara memegang Kusak:
Keempat jari tangan yang memegang Kusak, menggemgam dari bawah ke atas, sedangkan ibu jari melingkari Kusak dari atas.

Posisi Kusak vertikal saat digenggam:
Pada saat menggerakkan tangan yang memegang Kusak sudut siku 25 derajat dan ke bawah hingga sudut 45 derajat dengan menggoncang-goncang bambu (Kusak). Tangan pergelangan yang aktif bergerak.

2) Gerakan tangan memegang Senak (Tongkat)
Dasar gerakan tangan yang memegang Senak dan cara menggenggamnya:
Keempat jari tangan memegang Senak, menggenggam dari sisi luar ibu jari menutup dari atas ujung tongkat (Senak).

Tongkat (Senak) posisi lurus ke bawah:
Tongkat (Senak) pada saat diangkat ujungbawah Senak kurang lebih 1 jangkal dari lantai dan ditaruh kembali hingga ujung bawah Senak bertumpu di dasar lantai di depan ujung jari kaki kiri.
Gerkan ini dilakukan dengan mengikuti gerakan kaki (saat kaki melangkah Senak diangkat, dan pada saat kaki di letakkan Senak bertiumpu di lantai).

3) Gerakan kaki dan gerakan berjalan
Posisi awal kedua kaki sejajar. Sebelum kaki dilangkahkan, ujung jari kaki menumpu atau menyentuh lantai baru kemudian dilangkahkan, gerakan ini dilakukan bergantian dengan kaki melangkah kanan, kiri, kana, kiri dalam hitungan 1 sampai 4 atau sesuai yang dikehendaki pelatih tari.

Tumit kaki menumpu lantai, sebaliknya jari-jari kaki ke atas dengan arah hadap kaki agak ke kanan 25 derajat dan lurus ke depan, lalu tumit kaki diangkat ujung jari-jari kaki menumpu lantai kemudian kaki ditarik ke belakang agak ke samping melampaui kaki kiri ujung jari kaki menyentuh lantai, berat badan pada kaki yang satunya.

Bergerak mundur dengan sebelumnya meletakkan kaki kanan ke depan, arah hadap ke kanan 25 derajat dan lurus ke depan. Tumit kaki kanan tepat di depan ujung jari kaki kiri, kemudian di tarik ke belakang melampaui kaki kiri dilakukan gerakan yang sama dengan bergantian kaki. Ujung jari kaki kanan bertumpu pada lantai tumit di tarik ke atas, berat badan pada kaki kiri. Posisi kaki kanan agak di depan kaki kiri, kemudian ujung kaki kanan membuka ke samping dengan tidak merubah letak kaki bagian tumit hingga kedua kaki membentuk sudut 25 derajat (pada saat kaki bagian ujung membuka ke samping, telapak kaki tidak menyentuh lantai hanya tumit kaki dan berat badan pada kaki kiri). Selanjutnya kaki kanan menutup hingga posisi kaki seperti semula, gerakan ini dilakukan dengan sistematika buka, tutup buka tutup lalu melangkah maju dengan hitungan 1-2-3 pada hitungan ke 4 kaki kanan membuka ke sampipng selanjutnya seperti keterangan gerakan ke atas. Berjalan jinjit, jari-jari dari kedua kaki bertumpu pada lantai tumit diangkat kemudian berjalan ke depan. Kaki kanan bergerak ke samping, dengan kesan membuat garis cembung di lantai, selanjutnya kaki kiri mengikuti kaki kanan, dengan bergerak ke kanan hingga kedua kaki sejajar hampir bersentuhan selanjutnya kaki kiri bergerak ke samping dengan kesan membuat garis cembung pada lantai (hitungan 1 x 8), kemudian kaki kanan dilangkahkan ke depan arah hadap kaki kanan ke kanan, berat badan pada kaki kiri selanjutnya berpindah pada kaki kanan bersamaan dengan membalikkan badan ke arah hadap yang berlawanan. Lalu ujung jari kaki bertumpu pada lantai, gerak ini dilakukan dengan ritme yang cepat. Kaki kanan melangkah ke depan diikuti oleh kaki kiri dengan melangkah ke depan melampui kaki kanan, kaki kanan bergerak bergerak ke belakang dengan posisi arah hadap kaki ke kanan diikuti kaki kiri dengan mengangkat kaki hingga kurang lebih 1 jengkal dari dasar lantai.

4) Gerakan posisi badan
Pada dasarnya gerakan dan posisi badan pada saat melakukan gerak Tari Gantar dalam posisi biasa, begitu juga pada gerak dari pedalaman Kalimantan Timur yang lainnya. Kalaupun ada tekanan pada posisi badan itu tidak terlalu ditonjolkan seperti pada waktu badan merendah pantat tidak ditonjolkan kke belakang seperti pada ciri khas Tari Bali, dan tidak membusungkan dada ke depan tetapi badan tetap merendah dengan menekukkan kedua lutut atau salah satu kaki di tari ke depan dan ke belakang hingga badan merendah untuk mengimbangi. Dalam Tari Gantar tidak ditemukan adanya ekspresi wajah sehingga mata, leher, dan kepala tidak berfungsi banyak.

c. Tata Busana
Penari wanita Tari Gantar biasanya menari dengan menggunakan kostum dan perlengkapan seperti:
1) Baju atasan
Baju atasan yang dipakai penari gantar yaitu baju model blus “You Can See” yang biasanya diberi rumbai-rumbai dipinggir lingkaran lengan bajunya, bentuk leher bundar kancing depan. Bahan yang dipergunakan kain polos biasa atau dari bahan tenun ulap doyo, bahan tenun ulap doyo ini bisa di dapat dari masyarakat Dayak Benuaq di Tanjung Isuy. Sebagai pengganti blus penari bisa juga mengenakan kebaya panjang atau setengah lengan yang terbuat dari bahan atau kain tenun.

2) Ta’ah
Bawahan penari Gantar menggunakan kain Sela atau Ta’ah dengan ukuran lebar 2 kali ukuran lingkaran pinggang. Diukir atau dihiasi uang logam. Bisa juga pinggirannya ditempel kain perca tang berwarna-warni. Bahan terdiri dari kain polos atau tenun doyo.

3) Hiasan kepala
Bagian kepala memakai Labung yaitu hiasan kepala yang diikat seputar kepala yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang disebelah belakang menempel kain lurus ke samping atau bisa juga penarinya memakai seraung yaitu topi lebar yang diberi hiasan pada bagian atas serta rumbai-rumbai yang berjuntai pada pinggiran topi. Sebagai perlengkapan penari menggunakan hiasan hiasan kalung manik batu beraneka warna dan pada pergelangan tangan perhiasan gelang manik batu beraneka warna atau gelang sulau yang terbuat dari logam atau tukang. Pada pergelangan kaki di pasang gelang kaki.

Sumber : http://phaniekabelen.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar