Senin, 17 September 2012

Tentang CACI-Tarian Rakyat Manggarai

Caci, Baku Pecut tanpa Dendam
Dua kelompok pemuda tampak berdiri dalam lingkaran. Masing-masing terdiri dari delapan orang. Sebelah tangan memegang pecut, tangan lain menggenggam tameng. Dengan destar atau ikat kepala dan sarung songke, para pemuda itu berjejer dan menari dengan lagu daerah yang dinyanyikan dengan lantang. Tubuh para pemuda itu telanjang. Ya, mereka siap bertarung.

Seorang pemuda tampak bernyanyi menantang pria dari kelompok lawan. Tantangan itu disambut senandung dari kelompok sebelah. Pemuda dari kelompok yang ditantang maju dengan gerakan tarian. Tangan, kepala, dan kakinya bergerak seirama lagu yang dimainkan. Ciyaat. Bahu salah seorang pemuda tergores senjata yang terbuat dari batang janur kuning dengan ujung pecut pemukul. Pemuda tersebut balas memecut. Tapi, sang lawan pandai berkelit, serangannya membentur tameng. Sekali lagi, ciyaat. Kali ini, serangan pemuda yang terluka itu mengenai sasaran. Penonton tersenyum. Ada juga yang ngeri tapi bertepuk tangan. Semuanya tampak menikmati caci, olah raga tradisional suku Manggarai, Nusatenggara Timur yang digelar di Lapangan Kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, baru-baru ini.

Pentas kolosal ini kerap memeriahkan hajatan tradisional suku yang mendiami Pulau Flores bagian barat itu. Olah raga ini digunakan para pemuda setempat sebagai ajang menempa diri memiliki semangat sportivitas. Pertandingan adat ini selalu disemuti penonton. Tua muda, kecil besar, tumpah ruah menyaksikan pertandingan adu kecepatan dan keluwesan gerak tubuh ini.

Pertunjukan caci dibuka dengan tarian Danding atau biasa disebut Tandak Manggarai. Tarian yang diliukkan penari perempuan dan laki-laki itu memang khusus diadakan untuk meramaikan pertarungan caci. Gerakan penari Danding lebih seperti tari Vera atau tari Sanda Lima. Biasanya penari mendendangkan lagu dengan larik memompa semangat para pemain caci dalam pertandingan. Sebelum beradu, setiap pemain caci akan melakukan gerakan pemanasan otot. Masing-masing pemain menggerakkan badannya mirip gerakan kuda. Sambil menari, pemain caci menyanyikan lagu daerah untuk menantang lawannya. Setiap kelompok yang terdiri dari delapan pemuda itu mendapat kesempatan bertarung menghadapi lawan. Serangan bisa dimulai dengan bertindak sebagai pemukul dan pada kesempatan lain menjadi penangkis. Dengan lincah dan ringan si penyerang menghentakkan pecutnya ke tubuh lawan. Sementara sang penangkis berupaya memblokade sabetan pecut. Jika kena, tampak garis merah. Luka memanjang tipis itu membuktikan bahwa penyerang berhasil. Semua pemain berisiko memiliki bekas sabetan tersebut. Karena itu, masing-masing berusaha menyerang dan berkelit.

Tidak semua orang Manggarai layak menjadi peserta caci. Selain harus pria, persyaratan yang wajib dimiliki pemain caci di antaranya mahir memukul lawan, terampil menangkis serangan, luwes menari, merdu menyanyikan lagu daerah, dan berpenampilan atletis. Permainan caci ini juga dijadikan pelajaran berharga bagi anggota suku Manggarai dalam mengendalikan emosi. Maklum, meski saling mencambuk , tata krama dan sopan santun dalam gerakan di arena tetap dilakukan. Para pemain tetap memberi hormat pada lawan setiap beradu. Kedua kelompok terus beradu diringi pukulan gendang. Semua penonton menikmati permainan ketangkasan itu. Para pemain terus saling serang dan menangkis. Tubuh telanjang mereka terluka. Namun, tak ada dendam.(TNA/Tim Potret SCTV)

Caci, Tari Pertobatan Khas Manggarai
Tarian khas asal Manggarai, Nusatenggara Timur, yang disebut Tari Caci saat ini makin jarang ditampilkan. Tidak banyak lagi kaum muda di desa-desa yang menggemari kesenian yang mirip tari perang ini.

Dalam budaya Manggarai, Tari Caci membawa simbol pertobatan manusia dalam hidup. Nama Caci sendiri berasal dari dua kata yaitu “ca” yang berarti satu dan “ci” artinya uji. Jadi Caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah. Tak heran jika tarian ini selalu dibawakan dua penari.

Agar Tari Caci tak punah, para tokoh adat Manggarai berharap pemerintah setempat bersedia membantu melestarikan tarian khas tersebut. Kini Tari Caci hanya dibawakan saat hari-hari besar seperti perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI.(ADO/Adrian Pantur)

Dikutip dari : http://www.liputan6.com/progsus/?id=17697
http://vinadigm.wordpress.com/artikel-artikel-lepas/tentang-caci-tarian-rakyat-manggarai/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar