Tampilkan postingan dengan label Rumah Adat Dayak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rumah Adat Dayak. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Desember 2012

Pesona dan Cerita di Balik Rumah Adat Suku Dayak

Lamin bertingkat, rumah adat Suku Dayak di Kampung Mancong

Kini, tak banyak lagi Suku Dayak di pesisir Kalimantan yang menempati rumah adat Lamin. Namun, tak hilang ditelan waktu rumah panjang khas Suku Dayak ini menjadi perhatian wisatawan. Yuk, singgah di rumah Lamin Mancong!

Lamin merupakan rumah panjang dari kayu, buatan khas suku Dayak. Namun, kini tak banyak lagi masyarakat Dayak yang tinggal di rumah tersebut. Walaupun begitu, keberadaan rumah adat yang satu ini tetap menarik kedatangan wisatawan.

Pemandangan perkampungan dari lantai atas rumah Lamin

Lamin Mancong, sebuah objek wisata yang tentunya sayang untuk Anda lewatkan jika berkunjung ke Kalimantan Timur. Rumah Lamin Mancong ini merupakan sebuah rumah panjang terbuat dari kayu khas suku Dayak Benuaq. Traveler bisa bertandang ke rumah ini di Kampung Mancong, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kaltim.

Usia bangunan yang sudah senja ini sudah pernah mengalami pemugaran oleh EHIF (Equatorial Heritage International Foundation). Di depan rumah adat seluas 1.005 meter persegi ini terdapat beberapa patung-patung dengan ukuran khas suku Dayak. Ada yang berupa patung laki-laki dengan anjing, perempuan, maupun bentuk lainnya yang terlihat semi abstrak.

Lamin Adat Kampung Mancong

Konon menurut kepercayaan suku Dayak, patung-patung kayu ini menandakan jumlah kerbau yang telah disembelih dalam acara Kuangkai. Kuangkai itu merupakan ritual penghargaan kepada arwah leluhur yang dianggap berjasa sepanjang hidupnya oleh anggota keluarga. Dengan kata lain, satu patung menandakan satu ekor kerbau yang mereka sembelih. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, tengkorak kerbau juga masih dapat Anda lihat di dalam rumah Lamin Mancong.

Lorong lamin yang terbuat dari kayu

Menurut penuturan beberapa warga, dulu banyak turis asing datang ke Mancong untuk berkunjung ke Rumah Lamin. Kebanyakan dari mereka di antaranya dari Belanda ataupun Amerika. Ya, letaknya yang berdekatan dengan Tanjung Isuy dan Danau Jempang membuat rumah Lamin ini menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan. Tak jarang, upacara penyambutan berupa tari-tarian adat digelar oleh masyarakat setempat, sesuai dengan permintaan wisatawan.

Patung kayu yang tampak dari lorong Lamin

Bangunan Lamin Mancong saat ini, tak lagi sepenuhnya mengikuti prinsip bangunan Lamin Dayak. Hal ini tampak dari bentuk bangunannya yang bertingkat, sementara rumah panjang Dayak tidak ada yang bertingkat. Seluruh bangunan rumah Lamin Mancong terbuat dari kayu, ada yang bilang dari kayu Ulin. Akan tetapi, ada juga yang menyebutkan jika kayu yang digunakan rumah Lamin saat ini tidak murni terbuat dari kayu Ulin.

Saat ini, rumah Lamin hanya digunakan saat ada acara adat ataupun sebagai destinasi wisata. Tidak ada lagi warga yang mendiami Rumah Lamin.

Hijaunya pemandangan terhampar saat Anda sampai di bagian atas Lamin. Pemandangan lain yang tak kalah menarik adalah jalan setapak dari kayu ulin yang akan Anda lewati, mulai dari jalan masuk kampung hingga sampai di rumah Lamin.

Untuk berkunjung ke Lamin Mancong, Anda dapat melewati jalur darat atau sungai. Untuk menempuh jalur darat memerlukan waktu sekitar 5 jam dari Samarinda, Kaltim. Jika ingin merasakan suasana yang lebih seru dan menyatu dengan alam, Anda bisa coba dengan menyusuri Sungai Mahakam dari Samarinda ataupun Loajana dengan menumpang taksi air.

Setiba di Muara Muntai, Anda dapat melanjutkan perjalanan menggunakan ketinting ke Tanjung Isuy dengan melewati Danau Jempang. Untuk sampai di Kampung Mancong Anda memerlukan waktu 15-20 menit dari Tanjung Isuy menggunakan jalur darat.

Sumber : http://travel.detik.com/read/2012/07/04/211135/1957913/1025/5/pesona-dan-cerita-di-balik-rumah-adat-suku-dayak#topart

baca selanjutnya...

Kamis, 12 April 2012

Betang, Rumah Adat Dayak

Pada zaman dulu, kehidupan suku Dayak yang tinggal di pedalaman Kalimantan itu hidup secara berkelompok. Dimana kehidupan yang mereka jalani selalu dilalui bersama, hal itu dinyatakan dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang).

Betang memiliki keunikan tersendiri yang dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalamnya. Tangga tersebut dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuninya, seperti menghindari musuh yang bisa saja datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda daerah tersebut. Hampir semua Betang dapat ditemukan di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.

Betang biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Betang dibangun menggunakan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai ratusan tahun dan juga anti rayap.

Betang biasanya dihuni oleh 100-150 jiwa. Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku Dayak, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.

Pada halaman depan Betang terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat, selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang biasanya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikorbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman Betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan.

Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang Betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara tiwah.

Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai ‘teman’ yang setia ketika berburu di hutan belantara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia.

Sangat patut disayangkan seiring dengan modernisasi, Betang kini hampir di ujung kepunahan, padahal Betang merupakan salah satu bentuk semangat serta perwujudan dari sebuah kebersamaan suku Dayak. Mungkin nanti Betang akan benar-benar punah tetapi merupakan tanggung jawab kita kepada leluhur untuk tetap mempertahankan semangat Huma Betang. Patut kita sadari di dalam diri ini pasti terdapat rasa untuk tetap memperjuangkan kebudayaan dari leluhur.

Sumber : http://sampoelboedaya.wordpress.com/

baca selanjutnya...

Selasa, 10 April 2012

Rumah Adat Suku Dayak

Suku terbesar di Indonesia yaitu suku Dayak, suku yang menempati pulau terbesar di Indonesia ini.
Suku Asli pulau Kalimantan ini mempunyai adat dan budaya kental dan khas dan cukup terkenal di dunia.

Salah satu budaya suku dayak bisa kita lihat dari karya seni mulai ukiran sampai motif dayak, nah kali ini kita membahas tentang arsitektur bangunan Rumah Betang. Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan.

Suku Dayak hidupnya berkelompok, membentuk koloni dari anggota keluarga mereka. Dengan gaya hidup berkelompok tersebut sangat mempengaruhi bentuk dan besar dari rumah mereka.

Perkampungan suku dayak tersebar pada daerah hulu sungai, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan hasil kebun.

Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi, itu tergantung seberaba besar dan banyak keluarga mereka. Keluarga besar suku Dayak biasanya tinggal dalam satu atap / satu rumah, oleh karena itu ada rumah Betang yang bisa mempunyai panjang mencapai 150 meter dan lebar hingga 30 meter bahkan ada yang lebih. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari permukaan tanah. Tujuan dari rumah panggung tersebut untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim penghujan karena sering sungai meluap dan terjadi di daerah-daerah hulu sungai di Kalimantan.

Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Mereka hidup bersama dan berkelompok dalam satu rumah secara turun menurun. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati satu bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.

Rumah adat suku Dayak ini masih dapat kita temui di pedalaman Kalimantan hingga kini.

Filosofi Rumah Adat Suku Dayak
Prinsip hidup suku Dayak tercermin dari bentuk dan model rumah adat suku Dayak ini. Hidup yang berdasarkan kebersamaan dan toleransi membentuk keutuhan dari rumah betang.

Bagian-Bagian Rumah Adat Suku Dayak:
Bagian depan

Pada bagian depan rumah betang terdapat sebuah anak tangga sebagai pintu masuk ke dalam rumah. Rumah yang berbentuk panggung dengan ketinggian sekitar tiga sampai lima meter dari permukaan tanah ini sengaja dibangun untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas.

Di ujung anak tangga, kita akan menjumpai sebuah bale atau balai yang tidak terlalu luas, fungsinya sebagai tempat untuk menerima tamu maupun untuk mengadakan pertemuan dengan kerabat maupun keluarga yang lain.

Masuk ke dalam bangunan, kita akan melihat banyak ruangan yang disekat menjadi beberapa ruangan. Nah, setiap ruangan atau bilik ini ditempati oleh satu keluarga. Jadi, semisal dalam satu rumah betang ada 50 keluarga, berarti jumlah bilik juga ada 50. Itulah kenapa rumah Betang ini bentuknya sangat panjang.

Bagian belakang
Di bagian belakang rumah adat suku Dayak terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil dan alat-alat pertanian. Selain itu, rumah adat suku Dayak juga memiliki kandang hewah ternak yang menyatu di rumah, karena hewan peliharaan termasuk dalam harta kekayaan keluarga seperti babi, sapi dan anjing.

Rumah betang ini mencerminkan perilaku masyarakat Dayak yang mengutamakan persaudaraan dan kebersamaan.
Selain sebagai tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.

Nah lewat ulasan diatas kita sudah bisa menyimpulkan bawasannya suku Dayak aslinya seperti apa, jadi jika disana sampai ada kerusuhan dengan etnik lain itu dikarenakan salah satu etnik tersebut sangat tidak menghormati adat mereka.

Dan kami harap bangsa Indonesia damai dan bersatu selamanya.

Sumber : http://rumahadat.blog.com/

baca selanjutnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP