Spiritualitas Orang Muda Katolik Kontemporer
Ketika berbicara mengenai dunia kontemporer, maka segera terbersit dalam pikiran saya mengenai masalah sosial yang melanda dunia ini, seperti kelaparan, ketidakadilan, peperangan, perceraian, pergaulan bebas,...dll. Dalam kehidupan rohani orang muda (usia 18 – 30 tahun), budaya masyarakat modern ini menimbulkan sikap ambiguitas. “Jikalau kamu tidak mau datang..., janganlah kamu datang! Lakukanlah apa yang kamu sukai!” Gejala sekularisme ini membuat orang muda hanya mementingkan diri sendiri dan kebutuhan materinya saja daripada kehidupan rohani, bahkan di antara mereka ada yang menolak Allah dan semua kegiatan yang bersifat rohani, termasuk berdoa. Namun demikian, kita pun patut bersyukur karena masih banyak juga yang haus akan Allah dan selalu mencari kekuatan daripada-Nya. Mereka ingin memiliki hidup doa yang lebih mendalam dan mengalami Allah dalam hidupnya.
Gejala ini menunjukkan bahwa sebenarnya setiap orang muda kristiani memiliki kebutuhan untuk mendekat kepada Allah dan dipanggil menjadi tanda kehadiran Wajah-Nya di dunia. Hal ini bukan sebuah teori tetapi sebuah pesan yang memancar dalam kehidupan mereka. Tidak seorang pun diantara kita yang dapat menjawab tantangan dunia ini jikalau tidak menimba kekuatan dari Allah dalam jalan doa.
Paus Yohanes Paulus II berkata, “Kalian orang muda, kalian adalah harapan Gereja, dunia dan harapanku” (Roma, 31 Maret 1985). Beliau meminta perhatian Gereja, orangtua dan pendidik untuk membimbing dan mendampingi serta berjalan langkah demi langkah bersama kaum muda. Untuk itu kita perlu mengerti, memahami pengalaman hidup rohani mereka dan membantu mereka untuk menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari, berani berbicara mengenai Kristus dalam keluarga dan lingkungan belajar, bekerja dan bermain. Juga tantangan yang dihadapi oleh mereka untuk melaksanakan Kabar Sukacita.
Sharing tentang hidup rohani orang muda Katolik zaman ini, tidak terlepas dari kehadiran Pertapaan Karmel sebagai oasis di tengah padang gurun dunia. Di tempat ini orang muda mendapat bimbingan dan perhatian khusus, karena mereka akan menjadi tonggak-tonggak Gereja, anggota Gereja yang bisa diandalkan, dan menjadi garam dalam masyarakat. Di tengah keindahan alam ciptaan-Nya, kesunyian dan keheningan, mereka dibawa kepada pengalaman cinta kasih Allah yang menyelamatkan, menyembuhkan dan memulihkan, serta memberikan kekuatan dan motivasi baru untuk hidupnya.
1. KARAKTERISTIK ORANG MUDA
Orang muda senantiasa berusaha menemukan jati diri dan aktualisasi dirinya sendiri. Mereka juga lemah dan mudah terpengaruh oleh lingkungan hidupnya. Mereka selalu memilih yang menyenangkan dan memberikan kebahagiaan bagi dirinya.
a. ORANG MUDA DAN KELUARGA
Keluarga adalah dasar kehidupan sosial, dimana sejak kecil orang dapat belajar menghormati Allah dan mempergunakan kebebasan secara benar. Orang tua adalah orang pertama yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, di mana ada kemesraan, pengampunan, penghargaan, kesetiaan dan pengabdian tanpa pamrih. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar, supaya memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya. Mereka bertanggung jawab atas pendidikan iman, doa dan semua kebajikan pada anak-anaknya.
Pada zaman ini banyak keluarga yang mengalami pertikaian, perselingkuhan, perceraian, hamil di luar pernikahan, aborsi, orang tua tunggal, homoseksual, dan hubungan seks dengan banyak pasangan yang menyebabkan keluarga menjadi tidak harmonis. Orang muda memilih pergi dari rumah dan berkumpul bersama dengan teman-temannya, untuk menyembunyikan ketidakharmonisan. Banyak diantara mereka menganggap bahwa seksualitas bukan merupakan tanda persekutuan hidup dan kasih suami isteri, melainkan sebagai pemenuhan kepuasan dan utilitarianisme (paham penggunaan).
Akan tetapi banyak juga orang tua yang mempunyai hubungan harmonis dengan pasangan dan anak-anaknya. Mereka berusaha untuk lebih mengerti dan menyediakan waktu berdialog, sehingga terciptalah suasana keluarga yang bahagia dan saling mengasihi. “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yoh 13:35).
b. ORANG MUDA DAN TEMAN
Orang muda selalu mencari sahabat sejati. Bagi mereka seorang sahabat sejati memiliki keterbukaan, kejujuran dan kepercayaan yang timbal balik. Mereka dapat menghabiskan waktu bersama hanya untuk berbicara, bergurau, menonton, dll. Mereka menyukai hal yang sama dalam berpakaian, musik, olah raga dan pelajaran. Persahabatan ini dapat terjadi antara jenis yang sama atau pun berbeda.
Karena perpisahan dan perceraian orang tua mereka tidak mudah percaya kepada orang lain dan masa depan. Mereka dihantui perasaan ditolak, takut dipermainkan dan ditinggalkan. Mereka tidak merasa damai dan sukacita dalam menjalin persahabatan. Mereka juga takut untuk menikah dan mempunyai anak-anak. Oleh karena itu akhir hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan, tidak selalu dalam wadah perkawinan, akan tetapi berhenti hanya pada hubungan emosi dan kepuasaan sesaat, tanpa kebahagiaan.
c. KEINGINAN UNTUK MENEMUKAN JATI DIRI
Seandainya orang muda dapat melalui krisis identitas yang dialaminya dengan baik, maka mereka akan memiliki rasa aman dan nyaman terhadap sesama dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya berkembang dalam relasi dengan orang lain, namun mereka pun mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk dalam pergaulan.
Orang muda yang gagal melalui krisis identitasnya akan menarik dan menutup dirinya sendiri. Mereka tidak berhasil untuk memberikan kasih dan hidupnya untuk bersatu dengan orang lain. Kesaksian dari seorang pemuda, 28 tahun, menikah dan mempunyai seorang anak, “Saya sudah dewasa, tetapi saya tidak berhasil merasakan hidup sebagai orang dewasa. Saya tidak dapat memahami diri sendiri. Bagi saya, orang dewasa adalah orang tua saya. Saya mengalami pemberontakan dalam diri sendiri: dalam lubuk hati saya merasa sebagai seorang anak laki-laki atau pun remaja, dengan penderitaan yang dahsyat, akan tetapi penampilan saya adalah orang dewasa yang bekerja. Kehidupan sosial tidak membantu saya untuk menjadi dewasa.” Keadaan ini membuat orang muda mengalami kesulitan untuk bertindak dan bersikap dalam hidup sehari-hari.
Ada orang muda yang cenderung mencari pengalaman, selalu ingin tahu dan ingin mencoba. Penampilan mereka biasanya lebih liar dan sangat santai dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, baik yang positif maupun negatif. Mereka cenderung memiliki kepribadian yang impulsif, selalu bertindak tanpa berpikir atau merenungkannya terlebih dahulu. Mereka berkata, «saya pikir, inilah saya», dan dengan tindakannya mereka menyatakan «saya mencoba untuk membuat sensasi, jadi inilah saya».
Keadaan ini membuat mereka lemah dan tidak mampu berdiri sendiri, kepribadian yang tidak matang, dan dapat menimbulkan keputusasaan serta ketidakmampuan untuk menghadapi penderitaan.
d. TIDAK MEMPUNYAI TUJUAN HIDUP
Rencana hidup merupakan sebuah keterbukaan dari seseorang terhadap masa depannya, berhubungan dengan pandangan dan prioritas yang benar.
Ketakutan akan masa depan, membuat orang muda merasa lemah, menderita, terisolasi, ditolak, tidak mampu menentukan sebuah pilihan, tidak mau bertanggung jawab dan berusaha melarikan diri dari kenyataan yang ada, «saya hidup setiap hari tanpa program apa-apa», «saya tidak perlu berpikir untuk hari esok, yang penting saya senang hari ini», «saya tidak tahu tujuan hidup saya». Ada yang menghabiskan waktunya hanya untuk berpesta pora, khususnya pada waktu week-end, termasuk mereka yang mencoba minum-minuman alkohol dan obat-obatan, dan akhirnya terjerumus dalam narkoba. Ada juga yang merasa tidak berguna karena tidak mempunyai pekerjaan dan tidak tahu apa yang mau dikerjakan.
Orang muda yang memiliki tujuan hidup bagi masa depannya memiliki pola hidup yang lebih baik, damai, adil, bersahabat, dan berkembang dalam kasih terhadap sesama dan lingkungannya. Dengan penuh pengharapan mereka menjalani kehidupannya sekalipun mengalami kesulitan.
f. ORANG MUDA DAN MEDIA KOMUNIKASI
Tekhnologi telematik modern (computer, satelit TV, fax, telepon genggam, internet, dll) membangun sebuah komunikasi yang lebih dekat tanpa melihat jauhnya jarak dan tempat. Internet dan pos elektronik merupakan sebuah contoh yang baik. Demikian juga satelit TV menjadikan orang muda mengerti dan memahami situasi dunia saat ini, termasuk hal yang spektakuler.
Setiap media komunikasi memiliki hal yang positif dan negatif. Media komunikasi membantu kita untuk mengetahui berita yang terbaru di dunia saat ini, akan tetapi orang muda dapat jatuh karena ketidakmampuannya untuk memilih yang baik dan yang buruk dalam menggunakan media komunikasi ini. Mereka sedang berjalan dalam bahaya: kenikmatan seksual, ketidakmatangan jiwa, ideologi yang negatif, individualisme dan solidaritas yang keliru.
Paus Paulus VI berkata kepada para orang tua, “Bantulah orang muda ini untuk menjaga dan memelihara benih yang kudus dalam hati mereka. Ini merupakan tugas yang sulit dan membutuhkan banyak pengurbanan dari kalian; akan tetapi satu hari nanti kalian akan memetik hasilnya yang besar” (Turin, 24 April 1972). Oleh karena itu orang tua harus percaya dan berani untuk membimbing dan memperkenalkan nilai-nilai kesusilaan bagi anak-anak mereka. Orang muda harus berkembang dalam kebebasan yang benar dalam menghadapi tantangan dunia saat ini.
2. KEHIDUPAN ROHANI ORANG MUDA
Orang muda Katolik di Indonesia seharusnya berani untuk mengakui identitas mereka di hadapan sesamanya. Ia dapat bertanya pada dirinya sendiri: «Siapakah Yesus bagiku? Siapakah Yesus bagimu? Dan siapakah Yesus bagi kita? Tidak cukup hanya mengatakan bahwa kami “percaya kepada Allah” sebab mereka yang berasal dari agama lain pun percaya kepada Allah. Melalui pengalaman mengikuti camping rohani atau pun retret yang diadakan di Pertapaan Karmel, mereka merasa dipulihkan dan diteguhkan untuk tetap setia dalam iman dan pengharapan kepada Yesus sekalipun dikucilkan atau pun terisolasi di sekolah, universitas, dan kantor.
a. IMAN KEPADA ALLAH
Iman adalah satu ikatan pribadi manusia kepada Allah. Pengalaman dicintai oleh Allah memberikan kebahagiaan sejati: “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Jauh dari pada-Mu akan binasa... Aku suka dekat pada Allah...”(Mzm 73:25-28)
Ketika ditanya banyak orang muda menjawab bahwa hidup mereka menjadi berharga sebab Allah yang menciptakan, dan karena kebangkitan Kristus yang telah membebaskan dari kematian dan dosa. Akan tetapi ada juga yang mengatakan: «saya selalu berusaha untuk merenungkan kasih-Nya dalam hidup sehari-hari, dan saya percaya bahwa Dia tidak pernah meninggalkan saya sendirian».
Penolakan terhadap Allah terjadi karena orang muda berpikir bahwa percaya kepada Allah berarti harus mentaati berbagai peraturan-Nya yang ada: «saya tidak mau percaya, sebab saya harus bertanggung jawab terhadap pilihan saya» atau «manusia itu berasal dari kera, bukan keturunan Adam dan Hawa. Saya percaya pada teori evolusi manusia». Ada juga orang muda yang menjadi tidak percaya kepada Allah karena banyak mengalami kekecewaan, kesedihan dan penderitaan dalam hidupnya.
Beberapa orang muda percaya kepada Allah karena kuasa-Nya dan bukan karena manifestasi kasih, kehendak dan belaskasih kerahiman-Nya: «saya percaya kepada Allah Mahakuasa karena Dia yang menguasai semuanya». Banyak juga yang mengatakan: «menurut saya Allah adalah segala-galanya»; «Allah adalah Hidup, dan Dia yang menyelenggarakan hidup saya». Mereka menjadi percaya kepada Allah setelah mengalami perubahan atau diperbaharui oleh Allah sendiri, sehigga mereka menjadi lebih bertanggung jawab terhadap imannya.
b. GAMBARAN TENTANG ALLAH
Kitab Suci dan liturgi Gereja memberikan gambaran tentang Allah yang baik dan penuh kasih. Sebaliknya bagi orang muda yang menolak Allah, ia menganggap Allah sebagai «hakim dan penghukum», akan tetapi ada yang mengatakan juga bahwa Allah adalah bapak yang berbelaskasih dan mengampuni: «Allah adalah bapak, dan dalam waktu yang sama Dia mengadili, tetapi tidak menghukum karena belaskasih kerahiman-Nya», «untuk saya Allah adalah hakim, namun Dia tidak pernah menghukum, Dia menerima setiap persoalan dan beban hidup serta kelemahan saya». Orang muda yang memiliki pengalaman buruk dalam keluarganya: «Allah bagaikan seorang hakim yang siap untuk menghukum saya»; «bagaimana saya dapat mengucapkan doa Bapa Kami dengan segenap hati, saya takut kepada-Nya?».
Yang lain melihat Allah melalui semesta alam: «saya percaya kepada Allah yang hadir melalui ciptaan-Nya, pada siang hari, malam hari, pada kelahiran...». Banyak juga yang mengalami Allah sebagai sahabat atau kasih yang mengampuni, yang mengenal dan mencintai setiap pribadi, Dia mencintai saya, Dia menolong saya, Dia menopang saya, padaNya saya percaya dan berharap, dengan-Nya saya percaya dan menyerahkan diri seluruhnya.
c. GAMBARAN TANTANG YESUS
Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah" (Luk 9:18-21). Yesus pun bertanya kepada kita semua termasuk kepada orang muda.
Menurut beberapa orang muda, Yesus adalah seorang nabi, manusia yang sempurna, seorang model yang baik untuk dicontoh, seorang pembela keadilan bagi orang miskin dan sederhana, pembawa pesan Allah dan membawa orang untuk bertobat: «bagi saya Yesus adalah seorang nabi besar», «Dia adalah seorang model yang paling sempurna bagi kehidupan saya».
Banyak yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah kita: « Putera Allah yang mencintai dan menyelamatkan kita. Kita dapat melihat-Nya dalam Ekaristi». Seringkali mereka bingung membedakan Allah Bapa dan Yesus: «Saya tidak dapat membedakan antara Allah Bapa dan Yesus Kristus».
d. HUBUNGAN DENGAN ALLAH
Bentuk hubungan dengan Allah sangat dipengaruhi dengan gambaran orang muda tentang Allah. Biasanya mereka mencari cara untuk bertumbuh dalam kedewasaan pribadi dan rohani, baik secara individu maupun komunitas: «hubungan saya dengan Allah dimulai dalam keluarga, kami berdoa bersama, namun saya pun memiliki hubungan dengan-Nya secara pribadi», «saya lebih dapat berkomunikasi dengan Dia daripada dengan orang lain, Dia mendengarkan saya dan saya berusaha mengikuti jalan-jalan-Nya».
Hubungan dengan Allah semakin intim dalam pengalaman hidup rohani melalui doa dan situasi bahagia atau sedih dalam hidup sehari-hari: «saya datang kepada Allah kalau saya memerlukan sesuatu. Saya akan berterimakasih kepada-Nya dan memohon ampun», «setiap kali mengalami kesulitan, saya memohon bantuan-Nya, kemudian saya akan berusaha membalas kebaikan-Nya dalam hidup saya», «saya merasakan kehadiran-Nya», «Dia selalu menyertai saya», «saya serahkan diri saya kepada-Nya».
Orang muda berusaha menjalin hubungan dengan Allah dalam dialog, permohonan, ucapan syukur, atau penyerahan diri. Dialog dengan Allah berarti berbicara dengan Allah yang mendengarkan dan berbicara dalam Kitab Suci, perayaan liturgi, peristiwa hidup sehari-hari: kecemasan, persoalan, kesulitan, tingkah laku, dan cita-cita: «Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui» (Yer 33:3). Mereka bertumbuh dan menjadi dewasa dalam penyerahan diri yang menjadi dasar membangun sebuah pengharapan:
- Hubungan dengan Yesus
Biasanya orang muda berpikir tentang Allah dalam cahaya kuasa-Nya, menghancurkan musuh-musuh-Nya dengan tangan-Nya dan pemenang yang jaya. Seluruh kehadiran Kristus merupakan tanda kehadiran Allah yang penuh misteri, Dia rela menderita dan wafat di kayu salib.
Namun sayang, ada beberapa orang muda tidak dapat menerima cinta-Nya karena mereka hanya menganggap bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa: «dengan Yesus saya tidak memiliki hubungan apa-apa», «tidak, saya tidak mempunyai hubungan dengan Dia, saya menganggap bahwa Dia adalah salah seorang yang hidup dalam sejarah».
Bagi yang lain hubungan dengan Yesus bagaikan sahabat dan ada kepercayaan bahwa Dia yang membimbing, memberikan ketenangan dan menjaganya: «ketika berbicara dengan Yesus, saya melihat-Nya sebagai sahabat», «saya memiliki hubungan yang erat dengan Yesus, sebab Dia memberikan ketenangan dan perlindungan», «sangat intim dalam doa». Beberapa gadis menganggap Yesus mempelai mereka: «Dia adalah pasanganku». Yang terakhir adalah mereka yang merasakan kehadiran-Nya dalam Ekaristi yang mendorong utuk menjalin hubungannya dengan sesama.
- Praktik hidup rohani
Pada zaman ini, perubahan budaya sangat mempengaruhi kehidupan orang muda. Banyak orang yang mengisi hari-hari hidupnya hanya untuk mengumpulkan uang, kekayaan, kebebasan, kebahagiaan daripada mencari Allah. Seringkali orang muda mencari kebahagiaan dengan berbagai cara: «hari Minggu adalah hari pembebasan dan kebahagiaan bagi semua orang. Hari Minggu sebagai hari Tuhan hanya untuk para religius yang harus berdoa bagi semua orang di dunia ini», «Hari-hari untuk Tuhan hanya Paska dan Natal saja», «kalau saya mengalami kesedihan, kesulitan atau penderitaan, saya akan berdoa Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya, dll...», «hari Minggu adalah hari istirahat, liburan dan pembebasan dari keletihan setiap hari», «mengapa kita harus ke Gereja di hari Minggu? Mengapa tidak ditukar dengan hari yang lain, supaya kita dapat beristirahat dan bersenang-senang?», «kotbahnya sangat berat dan bahasanya sangat tinggi untuk saya. Sayang saya tidak mengerti apa-apa».
Beberapa orang muda bertanya: «mengapa kita harus beragama? Mungkin kalau kita tidak beragama, kita dapat hidup dengan tenang dan damai tanpa ada ketakutan menjadi murid Kristus! Sebab kita terancam dari kelompok yang besar. Baiklah kita berganti baju saja, sehingga kita dapat hidup dengan tenang dalam hidup».
Sementara mereka yang aktif dalam doa dan perayaan Ekaristi hari Minggu: «saya melaksanakan kehidupan rohani yang baik dan berusaha untuk hidup berdasarkan Sabda Tuhan», «setiap bulan Mei dan Oktober, kita berdoa bersama Rosario dari rumah ke rumah»
Beberapa orang muda turut aktif dalam kegiatan para imam dan biarawan/ti, menjadi tenaga sukarela dan memiliki solidaritas terhadap sesamanya
- PENGALAMAN KEHADIRAN ALLAH
Pengalaman kehadiran Allah yang dialami oleh orang muda biasanya mempengaruhi juga keadaan dirinya, pikikiran, perasaan, tindakan, sosial dan budaya, juga kehidupan pribadi dan komunitasnya yang menimbulkan dorongan, keinginan, keraguan, penghormatan, pengharapan, kebahagiaan, pengetahuan, tujuan, dll. SantoYohanes menulis, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga.” (1Yoh 1:3).
Banyak orang muda, sekalipun tampaknya jauh dari Allah, mengalami pengalaman hidup rohani kristiani yang benar: «saya merasakan kehadiran Allah di dalam kehidupan saya, misalnya mulai dari matahari tebit, sepanjang hari saya merasakan kehadiran-Nya yang kudus dalam ciptaan-Nya». Sebuah pertemuan dengan Allah yang hadir dalam seluruh kehidupan manusia: «saya merasakan kehadiran Allah di segala tempat». Beberapa mengatakan bahwa mereka merasakan kehadiran Allah dalam liturgi, doa dan keheningan: «saya percaya bahwa Allah sedang mendengarkan doa-doa saya.
Ketika saya mengirimkan sebuah SMS kepadamu, kamu tidak melihat saya, tetapi saya percaya bahwa kamu sedang membaca SMS saya dan kadangkala kamu pun menjawabnya. Jadi, ketika saya berdoa, saya tidak melihat Dia, akan tetapi saya percaya Allah sedang mendengarkan setiap perkataan saya».
Mereka yang telah memiliki hidup doa yang lebih baik, mengatakan bahwa Allah hadir sebagai pribadi dan sangat nyata dalam kehidupannya: «saya merasa bahwa ada pribadi yang sangat mencintai dan selalu bersama saya, terutama pada saat saya ingin melakukan sesuatu yang kurang berkenan kepada-Nya, saya merasakan pertentangan batin yang begitu kuat dalam hati saya. Dia begitu hidup!», «dalam hidup sehari-hari saya merasa ada yang menguasai hidup, Dia membimbing saya», «pada saat saya membutuhkan-Nya, saya merasakan kehadiran-Nya» atau «dalam setiap hal yang sangat kecil pun, saya merasakan perlindungan-Nya setiap hari».
Ada juga orang muda yang merasakan kedekatan dengan Allah seperti anugerah khusus dari Yesus Kristus dalam kehidupan mereka: «hidup saya adalah anugerah Allah dan saya sangat senang hidup di dalam-Nya», «Yesus hadir dalam kehidupan dan pikiran saya».
Beberapa mengalami kehadiran-Nya dalam perayaan sakramen-sakramen sebagai pengalaman penyelamatan-Nya yang kudus: «Yesus, bagi saya, hadir secara khusus dalam Ekaristi dan orang-orang yang berbicara tentang Dia». Sakramen pengampunan dosa membuat mereka semakin mendekat kepada Allah dan merasakan belas kasih kerahiman-Nya dalam hidup dan menarik mereka untuk datang kepada-Nya dan bersatu dengan Dia: «Sakramen pengampunan dosa menyembuhkan jiwa saya» , «setelah mengakukan dosa, saya merasa ringan dan bebas, saya merasa semakin dekat dengan Dia».
Akan tetapi ada beberapa orang muda tidak mengalami kehadiran Allah dalam hidup-Nya: «Siapa Allah? Tidak ada Allah! Allah adalah sebuah proyeksi dari sebuah keinginan yang tidak terpuaskan. Sebuah ilusi! Kita harus mencari kepuasan dalam hidup!». Inilah tantangan bagi kita sebagai misionaris pada zaman ini: bertemu dengan orang muda, laki-laki dan perempuan tanpa Allah, yang tampaknya bahagia dan bersahaja, namun hatinya kosong dan haus akan kasih.
3. TANTANGAN YANG DIALAMI ORANG MUDA DALAM GEREJA
Kita dapat semakin memahami kehadiran Allah melalui pengajaran yang disampaikan dengan kata-kata dan bahasa yang sederhana. Gereja berkumpul bersama, mendengarkan Sabda Allah dan menjawab dengan puji-pujian dan syukur atas rahmat dan belaskasih kerahiman-Nya. Jawaban kita tercermin dalam pengalaman hidup sehari-hari. “Pembawa berita” dan “Penerima berita” saling mempengaruhi, karena mereka adalah sebuah kesatuan yang dapat menyebarkan sebuah pesan yang mendalam dan kuat. Komunikasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua orang atau lebih dalam sebuah situasi bersama dan mereka berbicara tentang sesuatu yang bermakna. Dalam kenyataannya orang muda seringkali mengalami kesulitan dalam dialog ini.
a. MASALAH PESAN
Komunikasi adalah saat seseorang berbicara kepada orang lain. Ia dapat berbicara menggunakan kata-kata (komunikasi verbal), tangan, mata, tubuh, silensium, gambar, surat, seni, fotografi (komunikasi non verbal). Tidak akan terjadi komunikasi apabila tidak ada hubungan timbal balik, datang dan kembalinya pesan. Dalam setiap komunikasi ada subyek sebagai pembawa pesan dan ada rekan bicara yang menerima pesan ini.
Kesulitan terjadi apabila pesan yang diterima berbeda dengan maksud dari pembawa berita. Penerimaan pesan ini tergantung dari kemampuan berpikir, budaya, kemampuan berbicara, kedudukan dalam kelompok dan pengalaman masa lalu, nilai-nilai, pembinaan dan perkembangan lingkungan hidup. Hambatan ini dapat terjadi dari si “pembawa pesan”, “penerima pesan” dan “saluran.” Sebagai contoh: berbicara mengenai doa kepada orang muda, jelas berbeda ketika berbicara kepada para suster atau frater. Seringkali orang muda mengeluh: «kotbah-kotbahnya berat banget, bahasanya terlalu tinggi. Sayang, saya tidak mengerti apa-apa». Orang muda seringkali tidak dapat memahami dan mengalami kesulitan dalam komunikasi.
b. MASALAH PERASAAN
Komunikasi terganggu karena dipengaruhi oleh perasaan yang timbul pada setiap orang ketika sedang berbicara dan mendengar. Dalam mewartakan Kabar Gembira, biasanya disampaikan sebuah kritikan dan saran yang baik untuk membangun kehidupan sehari-hari.
Sebuah komunikasi dirasakan, apabila berbicara mengenai sesuatu; berdasarkan kenyataan dan memiliki arti bagi si penerima pesan. Sebenarnya komunikasi yang baik dapat tejadi bila orang mau meneliti kembali perasaannya dan menyadari bahwa pertumbuhan iman merupakan tanggung jawab setiap orang.
Zaman ini banyak orang muda meninggalkan imannya dan berusaha membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membenarkan dirinya sendiri: bagaimana seharusnya manusia dapat menerima Kabar Sukacita itu? Apakah yang dapat mendorong orang muda Katolik untuk mewartakan Injil yang bertemu dengan penderitaan dalam setiap hati manusia? Sekularisme merupakan tantangan yang terbesar zaman ini untuk evangelisasi bagi orang muda.
c. MASALAH BAHASA
Komunikasi tentang iman sangat membutuhkan kata-kata dan tanda-tanda yang sederhana, nyata dan menyentuh hati. Bagaimana berbicara mengenai Allah? Bahasa yang baik adalah yang dapat membuat pengalaman kehadiran Yesus hidup dalam komunitas tersebut dan memperlihatkannya dalam kepercayaan di hadapan setiap orang muda.
Paus Paulus VI mengatakan bahwa orang zaman ini lebih senang mendengarkan seorang saksi daripada seorang pengajar, kalaupun ia mendengarkan seorang pengajar karena ia adalah seorang saksi juga. Setiap kita dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada orang muda dan janganlah menolaknya, lakukanlah dengan kerendahan hati, dengan hati dan dengan hidup. Mereka akan menemukan nilai-nilai moral melalui pengalaman hidup rohani mereka. Kita pun dapat memberikan contoh orang-orang dalam Kitab Suci dan para kudus pada masa lalu dan zaman ini.
d. MASALAH TEMPAT
Setiap komunikasi terjadi pada sebuah tempat sementara yang tepat, termasuk ketika berbicara mengenai iman. Tempat dimana orang muda hidup dan berkembang dalam pengalaman hidup rohani mempengaruhi kehidupan mereka. Krisis tempat ini membuat kesulitan dalam mengkomunikasikan iman pada orang muda sehingga menimbulkan permasalahan hingga saat ini. Pribadi Yesus adalah hidup, pengalaman memberikan pesan berharga.
Menghadapi krisis ini, orang muda mencari kelompok-kelompok baru untuk mengidentifikasikan dirinya. Salah satu tempat ini adalah komunitas gerejani dalam acara liturgi, hidup dalam komunitas, pertemuan orang muda dan manifestasinya, kunjungan ke tempat-tempat berdoa atau ziarah.
e. MASALAH HUBUNGAN
Kita dapat bertanya pada diri sendiri bagaimana seharusnya pengalaman hidup rohani saya sebagai orang yang percaya dan yang hidup dalam komunitas? Apa yang dialami oleh orang muda?
Pengalaman memberikan sebuah pesan, menghasilkan buah berlimpah dalam kehidupan baru. Bagi banyak orang muda, apalagi, pengalaman akan hidup rohaninya dipengaruhi pesan yang selalu diterimanya secara khusus dalam hubungan antara pemberi pesan dan penerima pesan. Jadi evangelisasi yang efektif adalah diberikan bukan hanya isi pesannya saja yang berbobot dan dari kelompok mereka, akan tetapi juga dalam hubungan yang baik antara komunitas gerejani dan orang muda. Jikalau hubungan itu sangat lemah, maka pesan yang baik pun tidak akan pernah sampai kepada mereka.
4. PENDAMPINGAN ORANG MUDA
Pendampingan terdiri dari dialog pribadi dan formal, dan menjalin hubungan bersama yang dapat membantu orang muda mengenali nilai-nilai hidupnya dan merenungkan pengalaman hidup yang dialaminya menurut situasi dan orientasi pribadi, dan akan menjadi terang dalam kehidupan mereka.
Mungkinkah seseorang yang tidak sedang berjalan menuju kepada kepenuhan hidup kristiani dapat mendampingi sesamanya dalam jalan menuju kedewasaan rohani? Jalan menuju kedewasaan rohani, bukan jalan sendirian, akan tetapi sebuah perjalanan bersama. Oleh karena itu perlu dialog antara orang muda dan para pembina atau pendamping sebab dengan saling berbagi dan percaya akan tercapai kehidupan yang lebih berharga dan bahagia.
Pendampingan kepada orang muda terjadi karena: kehadiran orang muda: ada keinginan untuk mengenal mereka dan berbagi dengan kehidupan mereka, suasana kekeluargaan, kasih dan percaya; kehadiran para pembimbing dalam kelompok: mereka memberikan nasehat, saran, dialog dengan setiap orang muda; dialog pribadi: sistematis dan teguh, menjadi benar dan bimbingan rohani; yang membawa mereka kepada sakramen pengampunan dosa dan Ekaristi.
Pendampingan orang muda merupakan sebuah perjalanan yang bertahap, dituntut waktu dan kesabaran. Pendampingan rohani harus mendorong semangat untuk bertumbuh dalam hidup rohani sampai mencapai kepenuhannya dan menghasilkan buah-buahnya, terutama persatuan cinta kasih dengan Allah dan kasih kepada sesama dalam pelayanan dan kesaksian hidup. Perjalanan rohani adalah perjalanan yang dinamis.
KESIMPULAN
Ketika berbicara mengenai orang muda, kita perlu perhatian, jangan tergesa-gesa membuat penilaian yang umum. Kita perlu melihat kenyataan yang ada seperti latar belakang budaya dan pengalaman hidup rohani orang muda tersebut. Sebaiknya kita belajar untuk melihat dan merenungkan kehidupan mereka. Akan tetapi kehidupan orang muda bila dilihat dari segi psikologi dan sosiologi hampir sama semuanya di seluruh dunia.
Setelah kita mengenal bagaimana kehidupan orang muda dalam situasi mereka, maka kiranya kita pun dapat membimbing, menolong dan mengajarkan mereka untuk mencintai Allah dan kehidupannya. Bukankah kita semua dipanggil Allah dalam kehidupan dan cinta-Nya? Marilah kita membawa orang muda untuk “melihat Allah” yang senantiasa hadir dalam hatinya (1Kor 3:16). Bersama para peziarah di Sion, orang muda pun dapat mengulang-ulangi: «wajah-Mu kucari, ya TUHAN» (Mzm 27:8).
Pertapaan Karmel,
Sr. Maria Sesilia, P.Karm
Sumber : http://www.seminarikwi.org/
0 comments:
Posting Komentar