Sabtu, 16 Maret 2013

Mengenali Rumah Adat Bugis Makassar

Rumah adat Bugis Makassar tidak hanya unik karena bentuknya namun juga karena landasan filosofinya. Bangunan yang kini makin sulit ditemui itu setidaknya menggambarkan 3 hal yakni botting langi (dunia atas), ale kawa (dunia tengah) dan awa bola (dunia bawah).

Boting langi atau dunia atas menggambarkan bahwa kehidupan diatas alam sadar manusia terkait dengan kepercayaan yang tidak nampak. Seperti dalam pemahaman budaya Makassar bahwa di dunia atas tersebut bersemayam Dewi Padi. Karena pemahaman inilah maka banyak masyarakat Bugis yang menggunakan bagian atas rumah sebagai tempat penyimpanan padi dan hasil pertanian lainnya. Sedangkan ale kawa menunjukkan bahwa di kehidupan manusia selalu terkait dengan aktivitas keseharian. Nah, pada rumah tradisional Bugis Makassar ada tiga bagian rumah yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti bagian depan yang digunakan untuk menerima kerabat, bagian tengah untuk ruang tidur dan ruang dalam untuk kamar tidur anak. Sementara itu, dunia bawah atau awa bola mengacu pada ruangan yang digunakan untuk mencari rejeki seperti tempat menyimpan alat-alat pertanian, tempat menenun, kandang binatang dan tempat bermain bagi anak-anak.

Menariknya, rumah tradisional Bugis Makassar dapat dibedakan berdasarkan status sosial si empunya. Rumah saoraja adalah rumah besar yang ditempati para keturunan raja atau kaum bangsawan. Sedangkan bola adalah rumah yang ditempati rakyat biasa. Sebenarnya baik saoraja maupun bola memiliki tipologi yang sama. Keduanya sama-sama memiliki berbentuk persegi panjang. Hanya saja, saoraja berukuran lebih luas. Atapnya yang berbentuk prisma – biasa disebut timpak laja – bertingkat-tingkat antara 3 hingga 5 sesuai dengan kedudukan penghuninya.

Selain unik secara filosofis dan bentuk, proses pendirian rumah juga sangat menarik. Si empunya harus meminta pertimbangan dari panrita bola untuk mencari tempat dan arah yang dianggap baik. Beberapa prinsip dalam pendirian rumah adalah sebaiknya menghadap matahari terbit, menghadap ke dataran tinggi dan menghadap ke salah satu arah mata angin. Waktu pendirian rumah juga tidak bisa sembarangan. Biasanya hari atau bulan baik ditentukan oleh mereka yang memilki kepandaian dalam hal tersebut. Sebelum rumah didirikan didahului dengan upacara ritual yang kemudian diteruskan dengan mendirikan bagian-bagian rumah secara berurutan. Tiang pusat utama rumah terlebih dahulu dikerjakan, kemudian baru tiang-tiang yang lain.


Sumber :
http://suara.asia/mengenali-rumah-adat-bugis-makassar/

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP