Jumat, 30 Januari 2015

Mbaru Niang, Rumah Adat di Wae Rebo

Selain memiliki rumah adat mbaru gendang, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, juga memiliki rumah adat mbaru niang.

Rumah adat mbaru niang ini sangat langka karena hanya tinggal beberapa dan hanya terdapat di kampung adat Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan.

Mbaru niang berbentuk kerucut dengan tinggi sekitar 15 meter. Atapnya dari ijuk atau ilalang dengan kerangka atap dari bambu. Tiang-tiang utama menggunakan kayu worok yang besar dan kuat.

Setiap mbaru niang dihuni enam sampai delapan keluarga. Meski tidak terlalu besar, pembagian ruangan di dalam mbaru niang menunjukkan fungsi rumah sebagai tempat tinggal, untuk menyimpan hasil panen, juga untuk memuja nenek moyang.

Pada tingkat pertama yang disebut lutur digunakan sebagai tempat tinggal dan berkumpul dengan keluarga. Tingkat kedua berupa loteng atau disebut lobo yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari. Tingkat ketiga disebut lentar untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan kacang-kacangan. Tingkat keempat disebut lempa rae digunakan untuk menyimpan cadangan bahan pangan yang bisa digunakan manakala dalam keadaan darurat karena gagal panen. Tingkat kelima atau paling atas yang disebut hekang kode digunakan untuk menempatkan sesaji buat leluhur.

Mbaru niang di Wae Rebo merupakan rumah adat warisan nenek moyang ratusan tahun yang lalu. Konon, leluhur mereka mewariskan 7 buah mbaru niang di Wae Rebo. Namun, karena perbaikan mbaru niang perlu biaya besar, mbaru niang di Wae Rebo lambat laun mulai rusak dimakan usia.

Menurut catatan seorang ahli antropologi, Catherine Allerton yang mengadakan penelitian di Wae Rebo; pada tahun 1970-an rumah adat di Wae Rebo ini sudah terlihat mulai rusak.

Namun, keunikan rumah kerucut di atas pegunungan yang sering tertutup kabut ini sangat menarik bagi turis asing. Foto-foto kampung Wae Rebo dan rumah adat mbaru niang menyebar ke seluruh dunia lewat kartu pos.

Gambar rumah mbaru niang yang sederhana namun unik ini memesona Pak Yoris Antar, seorang aristek dari Jakarta. Tahun 2008, dengan berbekal gambar kartupos, Pak Yoris dan kawan-kawan mencari letak kampung Wae Rebo.

Melihat keaslian rumah mbaru niang sebagai kekayaan budaya Indonesia yang sudah nyaris punah karena rusak, Pak Yoris lalu menggerakkan penduduk Wae Rebo dan memelopori untuk mengumpulkan dana bagi pelestarian rumah adat ini.

Rumah-rumah kerucut mbaru niang yang rusak diperbaiki. Mbaru niang yang hilang didirikan lagi. Di atas pegunungan yang berkabut, kini sudah berdiri 7 rumah kerucut mbaru niang yang kokoh.

Sumber :
http://www.kidnesia.com/

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP