Kamis, 05 Mei 2011

Pelayanan Iman Kepada Yang Sakit Dan Yang Meninggal Dunia

Bagi seorang beriman, kematian adalah peristiwa iman. Sebab pada saat kematian, kita mengambil bagian dalam misteri Paskah Kristus, bersama Dia kita beralih dari dunia fana ke dalam kehidupan kekal. Jadi kematian adalah pintu masuk ke dalam hidup abadi. Menurut tradisi iman Katolik, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan perlu diperhatikan mengenai pelayanan seputar kematian :

Pelayanan kepada yang sakit

* Dalam keadaan sakit, seringkali seseorang mudah berputus asa dan mulai goyah imannya akan Tuhan yang berbelas kasih. Kepedulian dan empati umat dengan melakukan kunjungan, doa dan kepedulian akan memperteguh iman yang sakit dan keluarganya dalam menghadapi cobaan hidup yang terasa sulit.

* pelayanan kepada umat yang sakit adalah pelaksanaan amanat Yesus dalam Matius 25:35-40: “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Pelayanan/kunjungan-kunjungan kepada yang sakit bertujuan untuk memberinya peneguhan agar tak putus asa dalam menghadapi sakitnya, juga untuk meneguhkan keluarga yang sedang dalam kesulitan. Partisipasi umat gereja/lingkungan untuk peduli dan membantu keluarga yang sakit merupakan bentuk nyata iman dan cinta kita kepada Tuhan sendiri.

* Perlu diperhatikan dalam keadaan sakit keras atau dalam bahaya kematian dan bila yang sakit adalah seorang yang belum dibaptis dan ybs sudah menyatakan keinginannya untuk dibaptis atau mau dibaptis.: maka harus diusahakan untuk segera dilaksanakna baptisan darurat. Bila pembaptisan dilakukan oleh imam yang datang, sangat dianjurkan untuk menerimakan pula sakramen pengurapan dan komuni suci. Bila hanya ada awam, maka dengan memperhatikan tatacara pembaptisan yang sah, seorang awam yang telah dibaptis Katolik, dapat melaksanakan baptisan bagi si sakit. Baptisan ini harus dilaporkan di paroki/gereja setempat.

* Bila si sakit adalah seorang yang telah dibaptis Katolik, maka dapat diminta imam untuk menerimakan sakramen tobat, pengurapan dan komuni suci sebagai bekal rohani memasuki hidup abadi.

Pelayanan iman saat seseorang menghadapi kematian

* Saat yang paling menyedihkan adalah saat berpisah dengan orang-orang yang paling kita cintai. Tetapi dalam iman kita percaya bahwa kematian bukanlah akhir hidup, kematian adalah awal kehidupan abadi. Isak tangis dan air mata memang pasti akan mengalir, tetapi jauh lebih bermanfaat bagi yang meninggal atau keluarga adalah doa yang tulus agar Tuhan berkenan mengampuni dosa-dosa dan menganugerahinya kehidupan mulia dan bahagia abadi. Doa-doa, laku tapa dan mati raga sebagai silih dosa bagi yang meninggal sangat dianjurkan.

* Dalam saat genting ini dapat dilakukan ibadat pelepasan. ibadat ini dilaksanakan untuk mendampingi si sakit yang mulai menghadapi sakratul maut. Maksudnya agar ia dapat menghadapi kematian dengan tenang dan tabah, dan mempunyai iman dan harapan akan kebangkitan dan hidup kekal di akhirat, Ibadat ini juga dimaksudkan untuk mempersatukan keluarga, meneguhkan dan menabahkan mereka. Bacaan-bacaan dan doa-doa yang dipakai bertujuan meneguhkan iman yang meninggal dan juga keluarga akan kehidupan abadi, misalnya 2Kor 5:1,6-10, Mzm 91, Rm 6:3-9, Yoh 5:24-29, atau bacaan-bacaan sejenis dilanjutkan dengan Litani para kudus dan doa-doa permohonan pengampunan dosa bagi si sakit. Bila tidak mungkin dilakukan ibadat, maka kerabat yang dekat dengan si sakit cukup membisikkan kata-kata: “Yesus... Yesus...” atau “Yesus Kasihanilah aku” di telinga si sakit sampai ybs menghembuskan nafas terakhir.

Pelayanan sesaat setelah kematian sampai penguburan/kremasi

* Perawatan jenasah. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa tubuh/badan kita juga adalah ciptaan Tuhan, maka sudah selayaknya merawat dan menghormatinya walaupun telah menjadi jenasah. Membersihkan jenasah dan merapikannya sampai meletakkan jenasah di peti adalah pelayanan yang sangat mulia.

* Misa/ibadat tutup peti dan/atau misa requiem. Misa requiem sebenarnya cukup sekali saja, ibadat-ibadat selanjutnya dapat dilaksanakan dengan berdoa rosario, atau pendarasan mazmur atau doa-doa Litani, tetapi dapat juga dilakukan beberapa kali sesuai kebutuhan. Cara paling tepat untuk menyatakan bela sungkawa atau turut berduka cita adalah dengan mengunjungi/datang ke rumah duka dan mengikuti misa requiem dan/atau turut serta mendoakan yang meninggal dan keluarganya dalam ibadat-ibadat di rumah duka.

* ibadat pelepasan jenasah dan ibadat penguburan/kremasi. Ibadat pelepasan jenasah dilakukan di rumah duka saat pemberangkatan jenasah ke makam atau tempat kremasi. Di makam / tempat kremasi dilaksanakan ibadat penguburan.

Ibadat-ibadat mengenang dan mendoakan arwah yang telah meninggal

* Peringatan arwah : Mendoakan arwah orang yang telah meninggal dapat dilakukan dalam peringatan-peringatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 3 tahun atau 1000 hari, tetapi dapat juga setiap waktu bila hati kita tergerak untuk mendoakan mereka. Tradisi-tradisi lokal setempat untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dapat dilakukan ASAL tidak bertentangan dengan iman Kristen Katolik.

Peringatan-peringatan tersebut dapat dilakukan dengan :
o misa arwah
o memasukkan intensi pada misa hari itu
o melakukan ibadat / doa bersama lingkungan / keluarga
o melakukan doa pribadi (misalnya doa rosario)
o melakukan laku tapa dan mati raga
semuanya bagi kepentingan arwah yang kita doakan / peringati.

* Dalam peringatan-peringatan tersebut yang terpenting adalah mendoakan arwah yang meninggal, mohon pengampunan atas dosa-dosanya, mohon belas kasihan Tuhan atas jiwa yang meninggal, dan mendoakan keluarga yang ditinggalkan. peringatan-peringatan ini juga bertujuan meneguhkan iman umat beriman akan kehidupan kekal dan kebahagiaan abadi bersma Tuhan yang Mahakasih.

Gereja juga telah menetapkan tanggal-tanggal khusus untuk mengingatkan kita semua pada mereka yang telah meninggal dunia, yaitu :
- 1 Nopember : HR. semua orang kudus = Gereja mulia (di surga), dalam perayaan in umat beriman (Gereja) memohon doa para kudus yang telah mulia di surga agar mendoakan kita dalam perjalanan hidup kita di dunia.
- 2 Nopember : HR. Arwah semua orang beriman = Gereja menderita (di api penyucian). Dalam Peringatan ini adalah saat paling tepat bila kita mau melakukan silih bagi jiwa-jiwa yang masih berada di api penyucian. dengan : • ziarah kubur,
• mengadakan misa requiem atau memasukkan intensi misa bagi arwah yang bersangkutan pada misa pada hari ini.
• berdoa rosario dan jalan salib serta mati raga
• menerima sakramen tobat dan turut serta dalam perayaan Ekaristi.
Gereja percaya siapa yang melakukan silih tersebut di atas pada hari itu, maka arwah yang didoakan akan mendapat INDULGENSI penuh, artinya arwah/jiwa yang kita doakan, bila masih berada di api penyucian pada hari itu akan diangkat ke surga untuk bersatu dengan Tuhan Allah dalam kebahagiaan kekal.

Sumber : http://programkatekese.blogspot.com/

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP