Sekilas Ordo Awal Gereja
Ordo-ordo keagamaan (religious orders) adalah tarikat-tarikat bersifat kerahiban yang para anggotanya menyerahkan hidupnya sepenuhnya bagi kepentingan agama dan kebaktian. Setiap tarikat-tarikat (ordo-ordo) itu mempunyai Sumpah-Sumpah Tersendiri (Vows) bagi setiap calon anggota yang akan memasuki ordo tersebut.
Setiap rahib lelaki disebut Monk dan setiap rahib wanita disebut Nun. Kepala biara lelaki disebut Abbot dan kepala biara wanita disebut Abbess. Para anggota ordo keagamaan itu biasa juga disebut Friars, berasal dari kata Latin : Frater yang bermakna saudara, dan di dalam bahasa Inggris disebut dengan Brothers. Setiap ordo itu merupakan jemaat persaudaraan dan hidup dalam biara (Cloister). Dewasa ini disebut di Indonesia dengan : biarawan dan biarawati. Ordo keagamaan yang bersipat kerahiban itu pertama tumbuh pada masa St. Augustinus, (354-430 M), seorang tokoh besar dalam sejarah dunia Kristen, dikenal dengan Augustinian Friars.
Augustinus semula penganut Paganism, pemujaan dewa-dewa menurut mithologi Grik Roma, dan dalam dunia filsafat menganut aliran filsafat Grik yang terakhir, yaitu Neoplatonism yang dibangun oleh Plotinus (205-270 M), sebuah aliran filsafat yang memperkembang ajaran Mistik. Augustinus pada masa belakangan beroleh kesempatan mempelajari himpunan Surat-surat Paulus (Pauls Epistles) dan memeluk agama Kristen karena ajaran Trinitas-Ilahiat dalam Surat-Surat Paulus itu hampir mirip dengan Trinitas dalam paham Neoplatonism, yaitu Kodrat Maha Ada (Est) dan Akal Mutlak (Nous) dan Jiwa Alam (Psyche tu pantos), cuma berbeda dalam penamaan. Ia ditahbiskan di Milano (Mailand), Italia, dan langsung diangkat menjabat Bishop (Uskup) di kota Hippo pada pesisir Afrika Utara, terletak dekat Karthago.
St. Augustinus itu mengisahkan hidupnya dalam sebuah karya berjudul The Confessions of St. Augustine. Pengaruh ajaran mistik dari Neoplatonism itu tetap hidup dalam dirinya dan ia membangun ordo keagamaan yang bersipat kerahiban. Ordonya itu makin diperkembang dan disempurnakan belakangan oleh St. Agustin (wafat 604), hingga belakangan lebih dikenal dengan panggilan : Austinian Friars.
Pada mulanya bukan merupakan rahib-rahib yang menetap dan hidup pada suatu biara untuk semata-mata berkhalwat (menyendiri) dan berbakti tetapi bersipat klerik (clergy) yang bertugas menggembalakan jemaat, hingga disebut Pastor (Gembala). Lambat laun klerik-klerik yang berdiam terpisah-pisah itu disatukan dan terbentuklah jemaat-jemaat rahib yang disebut dengan Austinian
Friars. Sesudah Sinodi Lateran pada tahun 1509 M. maka jemaat-jemaat (congregations) itu beroleh penamaan-penamaan tersendiri, yaitu Lateran Congregation di kota Rome dan St Victor Congregation di kota Paris dan Gilbertine Congregation di Inggris.
Semenjak pertumbuhan ordo keagamaan yang pertama itu maka lahirlah ordo-ordo keagamaan lainnya. Ordo-ordo yang terbesar dan paling luas pengikutnya, tercatat sebagai berikut dibawah ini :
1. Ordo Benedictines, dibangun oleh St. Benedict (480- 543 M) di Murcia, Italia, terdiri atas rahib-rahib lelaki dan rahib-rahib wanita yang menyerahkan hidupnya untuk berkalwat dan beribadat. St.Benedict menetapkan tata tertib yang mesti ditaati setiap anggota ordo, terhimpun dalam sebuah buku bernama Regula Monachuorum (Peraturan bagi para Rahib). Tujuan ordo itu mencapai hidup suci Menjelang Sinodi Lateran (Lateran Synod) pada tahun 1509 M. Itu satu-satunya ordo yang bersifat kerahiban sepenuhnya.
2. Ordo Carmeliles, yang biasa juga disebut Friars Our Lady of Mount Carmel, tetapi lebih terkenal dengan panggilan White Friars (para Rahib berjubah Putih). Ordo itu terbentuk pada masa-masa Perang Salib (1096 -1270 M) yang terdiri atas delapan kali angkatan salib ke Palestina. Mount Carmel adalah sebuah bukit batu, terletak 1700 kaki dari muka laut, pada dataran tinggi Golan. Konon sejak berabad-abad sebelum tahun Masehi, semenjak zaman Nabi Elias, gua-gua pada bukit batu itu merupakan tempat khalwat dan bertapa bagi para Zahid. Sewaktu wilayah Palestina itu dibebaskan dari kekuasaan Keristen oleh Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi (1171-1193 M) maka para rahib di situ memencar pada kepulauan Grik dan semenanjung ltalia. Paus Innocent III (1243-1254 M) pada tahun 1247 M merombak sipat bertapa (hennits) dari ordo tersebut kepada sikap rahib-rahib pengembara (mendicant-friars) sebagai penyebar dan pembimbing agama dan lantas mengakui ordo itu pada tahun tersebut.
3. Ordo Franciscans, dibangun oleh St. Francis of Assisi (1182-1226 M) pada tahun 1208 M, dan biasa juga dikenal dengan panggilan Grey Friars (para rahib, berjubah Abu-Abu). Setiap anggota mengucapkan sumpah (vow) untuk : (1) hidup sederhana, (2) hidup melarat. (3) hidup taat. Ordo tersebut pada masa belakangan pecah kepada tiga aliran: Conventualists yang membebaskan diri dari sikap hidup melarat yang keterlaluan, Observants yang mempertahankan sikap hidup melarat secara ketat, dan Capuchins yang mempertahankan sikap hidup yang bukan terlampau melarat dan bukan terlampau bebas. Aliran terakhir itu berasal dari Friar Matteo para tahun 1528 M dan disebut Capuchins karena mengenakan topi berbentuk lancip (capuche). Tokoh-tokoh terkemuka di dalam ordo Franciscans itu ialah St, Bonaventure (1221-1274) dan Alexander of Hales (1175-1245 M) dan Dons Scotus (1265-1308) dan William of ockham (1300-1349) dan Roger Bacon (1214-1294); dan yang pernah menjabat Pope di Vatikan ialah Paus Nicholas IV, Paus Sixtus IV, Paus Sixtus VI, dan Paus Clement XIV.
4. Ordo Dominicans, dibangun oleh St. Dominio de Guzman (1170-1225) pada tahun 1215 M, dan biasa juga disebut dengan Black Friars (para Rahib yang berjubah Hitam). Setiap anggotanya mengangkat sumpah untuk : (1) bersikap tutup mulut, silence; (2) bersikap fakir, poverty; (3) bersikap puasa, fasting. Ordo itu di Perancis dikenal pada masa belakangan dengan sebutan Jacobins, menurut nama Markas Pusat yang pertama-tama, terletak pada Rue St. Jacques di Paris; dan pada masa Revolusi Perancis (1789 M), yang bertindak membasmi agama Kristen, dirampas oleh golongan ekstrim dan dijadikan markasnya dibawah pimpinan Marat (1743-1793) dan Robenspierre (1758-1794), dan tersebab itulah golongan ekstrim dalam Revolusi Perancis itu dipanggilakn golongan Jacobins.
Anggota ordo itu banyak duduk dalam lembaga Great Inquisition, yang bermula dibangun Paus Innocent III (1198 -1216) dan terkenal mengerikan karena ragam siksaan dan hukum bakar hidup-hidup yang dijatuhkannya atas setiap orang yang dipandang menyebarkan ajaran Bid’at ataupun mengemukakan hasil-hasil penemuan ilmiah yang dipandang bertentangan dengan ajaran agama Kristen, seperti hukuman bakar hidup atas John Huss (1374-1415), hukuman bakar hidup-hidup terhadap Jean D’Arc (1412-1431), hukuman bakar hidup-hidup terhadap Giordano Bruno (1548-1600), penahanan dan siksaan terhadap Galilio Galilei (1564-1642) sampai menyatakan “taubat” dari penemuan ilmiahnya. Sepanjang sejarah, korban lembaga Great Inquisition itu mencapai puluhan ribu orang.
5. Jesuits, sebuah ordo sangat militant dan fanatik, dibangun oleh Ignatius Loyola (1491-1556), lebih bersipat keksatriaan (knightly) daripada kerahiban. Tujuan pertama bagi penyebaran agama Keristen di Tanah Suci (Palestina) terhadap orang-orang kafir (dimaksudkan kepada orang Islam) disitu, tetapi tujuan semula itu gagal karena situasi cepat berobah di Palestina itu hingga tidak memungkinkan untuk datang ke sana. Paus di Vatikan pada akhirya memanfaatkan ordo itu bagi tujuan-tujuan missi untuk bumi belahan Timur dan bumi belahan Barat yang baru dikuasai oleh Portugis maupun baru ditemukan Spanyol, oleh Vasco da Gama, Columbus beserta pelaut-pelaut portugis dan Spanyol.
Gereja Roma Katolik sendiri dewasa itu tengah menghadapi gerakan Reformasi dan lalu memperalat Ordo Jesuits itu untuk gerakan Kontra-Reformasi. Terjadilah pembunuhan-pernbunuhan massal, dan yang paling terkenal sekali ialah Massacre of St. Bartholomew pada tahun 1572 M di kota Paris.
Tindakan-tindakan ekstrim dari ordo Jesuits itu pada masa belakangan menyebabkan Raja Perancis dan Raja Sepanyol dan Raja Portugis membubarkan Ordo Jesuits itu pada tahun 1759 M di wilayahnya masing-masing. Paus Clement XIV (1769-1774) terpaksa pada akhirnya mengakui pembubaran tersebut. Paus Pius VII 1800-1825) pada tahun 1814. Menghidupkan kembali Ordo Jesuits itu de! ngan menetapkan syarat-syarat berat bahwa akan bersikap lebih moderat.
Itulah ordo-ordo terbesar dalam lingkungan dunia Kristen, terutama dalam lingkungan Gereja Roma Katolik, disamping sekian banyak ordo-ordo lainnya yang bersifat lokal.
0 comments:
Posting Komentar